Sinopsis One Piece 854 menampilkan terbongkarnya rencana Big Mom dan Pudding untuk menghancurkan Keluarga Vinsmoke oleh Brook. Di saat bersamaan, ketika rencana tampak tidak bakal meleset, Charlotte Opera justru membohongi Big Mom soal lolosnya Luffy dan Nami dari Dunia Buku. Di saat bersamaan, penjagaan terhadap Sanji Vinsmoke juga luput. Sanji berhasil lolos dari kamarnya dengan membawa bento. Tujuannya cuma satu, segera menemui Luffy. Di saat itulah Bobbin memergokinya ...
Cerita One Piece Chapter 854 berjudul 'What Are You Doing?/ Nani Yattenda?/ Apa Yang Kau Lakukan?!' dirilis pada 6 Februari 2017. Bermula dari lolosnya Nami dan Jinbe dari sisa pasukan Charlotte Opera, dua orang ini kemudian bisa bertemu Chopper dan Carrot. Mereka kemudian masuk ke Dunia Cermin milik Charlotte Brulee. Di sinilah Brulee paham Jinbei sudah berkhianat kepada Big Mom. Namun semua percuma karena Brulee tidak bisa memberi informasi apapun kepada Big Mom.
Sementara itu, Big Mom yang menangkap Brook berbincang-bincang dengan Charlotte Pudding tentang peristiwa penembakan Reiju Vinsmoke. Dari sinilah Brook tahu, Pudding tidak sebaik yang selama ini dibayangkan oleh Kelompok Topi Jerami. Tapi, di sisi lain, Brook sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi karena ia sudah menjadi tawanan Big Mom.
Sanji yang kini menyadari, Pudding sudah mengkhianati cintanya, tahu bahwa satu-satunya jalan keluar adalah kembali ke Kelompok Topi Jerami. Artinya, ia harus segera menemui Luffy di tempat terakhir kali mereka terpisah, kala Sanji menghajar sang kapten. Dengan sebuah trik, Sanji lolos dengan membawa bekal. Ketika itulah Bobbin, anggota Bajak Laut Big Mom memergokinya. Tapi, Sanji sudah membulatkan tekad. ia menendang Bobbin; dan membuka jalan menuju sang kapten tanpa bisa dihalangi siapapun lagi.
Berikut ini versi teks One Piece Chapter 854 diambil dari versiteks.com.
Prajurit Big Mom terus mengejar Jinbe dan Nami.
"Tutup gerbangnya!! Kepung mereka!!"
"Jangan sampai mereka lolos dari sini!!"
Tak hanya mengejar, beberapa juga menembaki Jinbe dan Nami dengan senapan. Namun meski bertubuh besar, kecepatan lari Jinbe tak mudah untuk mengejar, bahkan sambil membawa Nami di atas punggungnya.
"Kalau begini terus, lama-lama kita bisa terkepung!!" ucap Jinbe.
"Eh!? Apa tidak ada jalan keluar!?" Nami bertanya.
Beberapa pengejar bahkan baru sadar kalau yang mereka kejar adalah Jinbe.
"Itu Boss Jinbe!! Eh...!? Jinbe memberontak!!"
"Bisakah kau mengurus pengejar di belakang kita, Nami!?"
"Ya, aku juga sudah muak dengan orang-orang ini!!"
Dari punggung Jinbe, Nami lalu menggunakan tongkatnya untuk menciptakan awan petir dan menyerang para pengejar di belakang.
"Bagus, yang di depan juga!!"
Blaaaarrrr!!!! Nami menyambar semuanya.
"Gyaaaaahhh!!!"
"Eh!?" Nami kaget. Di antara orang-orang yang disambarnya itu, ada satu sosok yang dikenalnya. Chopper. Ya, Chopper yang baru saja muncul dari Dunia Cermin malah ikut tersambar petir Nami.
"Eeeh!? Chopper!?"
"Kachopper!!" Carrot menjerit, lalu memberitahu Nami, "Nami, kami datang untuk menyelamatkanmu!!"
"Carrot!? Eeh!?? Maaf!!" ucap Nami.
Pada akhirnya, Jinbe dan Nami diselamatkan dan dibawa masuk ke Dunia Cermin.
"Kachopper!! Apa kau baik-baik saja!?" Carrot masih menghawatirkan Chopper.
"Sulit dipercaya, jadi sekarang kita berada di Dunia Cermin ya?" Nami masih terlihat syok.
"Jinbeee!!!" Brulee yang disekap membentak Jinbe, "Kenapa kau bisa bersama orang-orang ini!? Ini jelas-jelas merupakan pengkhianatan!! Kudengar meski kau ingin keluar, tapi kau terlalu takut untuk memutar roulette Mama!!"
"Mama sudah melindungi Pulau Manusia Ikan untukku," ucap Jinbe, "Aku berusaha untuk melakukan segalanya, tapi... hanya bau kematian yang kucium dari roda itu..."
"Roulette?? Pilihanmu tepat karea tidak memutarnya, Jinbe Putra Lautan..." ucap Pedro. "Lima tahun lalu, temanku memutarnya dan nyawanya diambil!! Itu memang didesain supaya semua yang memutarnya mati!!"
"Tentu saja, Bodoh!!" ucap Brulee, "Mama tak akan membiarkan siapa pun yang meninggalkannya tetap hidup!! Para penyusup kecil, dan mantan bajak laut yang setia!! Semua yang datang akan disambut, tapi yang pergi harus mati!! Itulah... Uaaaahhh!!!"
Belum sempat menyelesaikan kata-katanya, Brulee sudah diseret lagi.
"Ayo cepat!! Tinggal mencari Luffy, Brook, dan Sanji!"
"Uuuhkkk!!" Diesel menarik mereka semua dengan susah payah, "Beri aku istirahat sebentar dong!! Jumlah kalian terlalu banyak!!"
Di ruang Big Mom, tampak Prometheus si Matahari yang sedang menambal luka di pipinya. "Uuuhk..."
"Ada apa, Prometheus!?" Big Mom bertanya.
"Luka yang diberi oleh Soul King lebih dalam dari dugaanku!! Lukanya terbuka lagi!!"
"Mamamama!! Menyedihkan sekali... Atau, mungkin aku harus memuji kerja bagus orang ini, ini adalah kali pertama kau dilukai, kan!?"
Pudding yang juga ada di ruangan itu lalu bertanya, "Mama... Apa kau akan terus membawa tumpukan tulang itu??"
Dalam hati, Brook yang mendengarnya kaget, "Tumpukan tulang, eh? Tidak sopan sekali, Pudding..."
Tampaknya Brook belum benar-benar sadar akan sifat asli Pudding.
"Tak ada lagi mahkluk seperti ini di dunia ini selain dia, dia adalah seninya jiwa!! Untuk pertama kalinya, alih-alih menyimpannya di museum, aku akan terus membawanya jalan-jalan..."
"Tidakk!!!" jerit Brook dalam hati. Dirinya sudah jadi seperti gantungan kunci.
"Yah, ngomong-ngomong Topi Jerami itu boleh juga, aku tak pernah menyangka dia bisa keluar dari hutan, meski pada akhirnya kita berhasil menangkap mereka dan mengurungnya di perpustakaan..."
"Ya, aku sudah melihatnya, payah sekali.." ucap Pudding.
"Apa kau akan membunuh mereka begitu saja??"
"Ya, setelah pesta..." ucap Pudding.
"Eeh!?" dalam hati Brook kaget, akhirnya ia sadar akan sifat asli Pudding.
"Saat ini Germa pasti sedang menikmati jamuan mereka..."
"Ya, tapi Reiju datang menguntitiku.." ucap Reiju, "Dia punya intuisi yang bagus, tapi tenang saja, aku sudah mengurusnya..."
"Eh!? Jangan bilang kau membunuhnya!?"
"Ayolah, Mama!! Aku cuma menembak kakinya saja!! Aku menembaknya lalu menghapus ingatannya..."
Brook makin tak habis pikir, "I-Ini... Percakapan macam apa ini!? Pudding yang manis... Kenapa... Kenapa..."
"Berhati-hatilah, paham!? Kau itu mempelai yang berharga, kalau ada masalah bisa-bisa semuanya gawat..."
"Yah, paling tidak berkat itu aku jadi bisa mengetes pistol ini.." ucap Pudding. "Tidak salah lagi, meski tubuh Germa sudah dimodifikasi, pistol ini akan menembus mereka bagaikan keju..."
"Yahaha!! Kau memang gadis yang cerdas!! Besok, tembakanmu akan jadi sinyal. Mereka semua akan fokus pada kalian berdua. Saat Sanji, dengan wajah bodohnya hendak mencium dan menyikap ponimu, ia akan melihat mata ketigamu untuk pertama kalinya!!"
"Saat itulah, akhiri dengan dengan sekali tembak!! Tepat di antara kedua matanya. Buat isi kepalanya hancur!! Orang-orang akan kaget!! Dan saat mereka menyadari situasi bahaya, semuanya sudah terlambat!! Vinsmoke yang dalam keadaan tangan kosong akan mendapati pistol-pistol mengarah pada mereka!!"
"Dan sementara mereka menangis ketakutan, darah-darah Vinsmoke akan berhamburan!! Tembakan akan terus mendera bagai kembang api!! Hujan peluru akan terus menembus mayat mereka!! Lantai akan dipenuhi dan tubuh keenam anggota Vinsmoke yang sudah terkoyak!!"
"Saat itulah pesta sesungguhnya akan dimulai!!" Big Mom bicara dengan tatapan yang tampak begitu antusias. "Rayakan!! Dengan kue!! Dengan teh hitam!! Dengan matinya para pemimpin mereka, Pasukan Germa akan menjadi milikku!!"
Di lantai enam, kamar Sanji, salah seorang prajurit mengintip untuk memastikan keberadaannya. Setelah melihat Sanji berbaring di kasurnya, ia pun melapir.
"Tidak salah lagi, saat ini Saji sedang tertidur pulas di ranjangnya..."
"Jangan biarkan dia keluar sampai pagi, dan jangan biarkan siapa pun masuk, terus berjaga..."
"Siap!!"
Penjaga tak sadar kalau yang tidur tertutup selimut itu sebenarnya pelayan Sanji, yang sebelumnya ia titipi mencari bahan masakan. Capek menunggu Sanji kembali, ia pun tidur di kasurnya.
Di lantai 2, pertemuan sedang diadakan.
"Jadi itu berarti Pekoms bersama mereka sampai akhirnya masuk ke wilayah kita.."
"Mereka ke sini untuk membawa kembali Sanji..."
"Pudding membawa 6 orang ke pulau ini.." Mont'd Or melapor.
"Soul King saat ini berada di tangan mama.."
"Pedro meledakkan dirinya sendiri, kan?"
"Benar sekali..." ucap Tamago, di mode ayam.
"Berarti dua sudah dijatuhkan.."
"Lalu di antara empat yang memauki hutan, si kelinci dan si rakun sudah ditangkap, aku mendengar kabarnya dari Kak Brulee pagi ini..."
"4 dari 6 berarti sudah beres, sisanya mereka berdua..."
Mont'd Or menunjuk foto Luffy dan Nami.
"Yang masalah adalah mereka berdua, dan satunya bahkan sudah mengalahkan Kak Cracker dan mampu lolos dari hutan. Mereka sudah ditangkap dan dikurung di Perpustakaan Tahanan, tapi kenapa kudengar sayup-sayup rumor kalau mereka meloloskan diri!? Dan bagaimana dengan berita soal Jinbe ini, Opera!!?"
"Berapa kali harus kujelaskan!? Aku bahkan tak tahu di mana si hiu itu berada!!" Opera membentak.
"Tak ada yang lolos!! Seperti yang Mama perintahkan, aku menyiksa mereka supaya mau buka mulut soal keberadaan Lola!! Tapi mereka tak tahu apa-apa, jadi aku membakar mereka sampai mati!! Aku memang sudah berlebihan, tapi.. Apa kau mau mencurigai saudaramu sendiri, Mont'od Or!?"
Opera memberi laporan palsu pada pertemuan itu. Dalam hati, "Mana mungkin aku melaporkan yang sesungguhnya. Kalau sampai Mama tahu aku membiarkan mereka lolos, bisa-bisa semua sisa umurku diambil..."
Akhirnya, meski masih curiga, Mont'd Or mengiyakannya.
"Jadi kita bisa mencoret mereka berdua juga? Lalu bagaimana dengan Sanji dan Keluarga Vinsmoke lainnya?"
"Semuanya sedang beristirahat di ruangan mereka.."
"Baiklah!! Kalau begitu berarti semua penyusup telah dibereskan!! Persiapan untuk besok telah dilakukan di dapur besar!! Besok, demi Pudding saudari kita tercinta, ayo jadikan pesta pernikahan ini kenangan yang tak akan pernah terlupakan!!" ucap Mont'd Or.
Diam-diam setelah rapat selesai, Mont'd Or memberi perintah pada prajurit keju, "Teruslah berpatroli sampai pagi, aku tidak mempercayai Opera..."
"Siap pak!!"
Reiju masih berdiri di depan jendela yang Luffy terobos, dan luar sana, Sweet city, hujan masih terjadi. Sanji berada di salah satu lorong kastil, duduk di sebelah bekal makanan yang ia buat...
"Ini... Untuk Pudding!? Sial... Apa yang telah kulakukan!? Ini sih makanan favorit mereka, ayo lupakan mereka, lupakan mereka.." ucap Sanji dalam hati.
"Eh!?" seseorang melihat Sanji, Bobin.
"Meski sebentar, tapi aku menikmati waktu bersama mereka. Luffy dan yang lainnya pasti bisa keluar dari sini dengan usaha mereka sendiri..." dalam hati Sanji merenung. "Semua prajurit iblis Vinsmoke akan mati, begitu pula denganku, semuanya akan berjalan sesuai rencana Big Mom..."
"Ah!! Makanan!!" Bobin mendekati Sanji dan mengambil bekal makanannya. Dan ia baru sadar kalau lelaki yang duduk di sebelah makanan itu Sanji. "Eh!? Vinsmoke Sanji!! Bukankah kau... Sedang tidur di kamarmu??"
Sanji jadi teringat kata-kata Luffy sebelumnya, "Kalau kau tidak kembali, maka aku akan mati kelaparan di sini!!"
Sanji pun memandang Bobin dengan tatapan marah, "Jauhkan tanganmu... Daging itu... Bukan untukmu!!"
Baaaammm!!! Sanji menendang Bobin hingga tubuhnya membentur dan menghancurkan tembok lorong.
Prajurit di dekat sana jadi menyadarinya.
"Suara ribut-ribut apa itu!?"
"Asalnya dari sebelah sana!!"
"Kedengarannya seperti tembok yang hancur!!"
Kacamata Bobin sampai pecah, masih dalam kondisi syok ia lalu bertanya-tanya, "Apa yang kau lakukan di sini!?"
Sanji jadi panik, "Apa yang sudah kulakukan!?" ucapnya dalam hati.
Sanji akhirnya mengambil bekal makanan itu dan kabur.
"Oi!! Jangan kabur kau, sialan!!"