Sinopsis One Piece Chapter 846 menampilkan kisah kekalahan Luffy Si Topi Jerami dan Nami dari Tentara Amarah yang dikirimkan Big Mom. Luffy dan Nami dimasukkan ke dalam Dunia Buku yang dikuasai oleh salah satu putra Big Mom, Charlotte Mont d'Or. Sementara itu Sanji bersepakat dengan Big Mom, bahwa tidak ada satupun orang dari Kelompok Topi Jerami yang bakal menderita; alias semua dibebaskan asalkan Sanji bersikap manis selama pernikahannya dengan Charlotte Puding.
Cerita One Piece 846 berjudul 'Tamago no Keibi/ Tamago Security/ Pengamanan Tamago' dirilis pada 221 November 2016. Sesuai dengan judulnya, bagian paling penting dari chapter ini adalah keberadaan Pedro dan Brook yang bertugas untuk mengambil Road Poneglyph dari markas Big Mom. Mereka sudah diketahui oleh anggota Bajak Laut Big Mom, tetapi semua masih tersamar. Saat itulah, Tamago mengenang kejadian lima tahun lalu ketika Pedro menyusup ke Whole Cake Island untuk alasan sama: mencuri poneglyph tersebut.
Dan kini, seperti hendak mengulang kejadian lampau, Pedro siap menjadi umpan untuk membantu Brook masuk lebih jauh. Dirinya akan berhadapan dengan musuh selama ini, Baron Tamago. Sebagai catatandi sini terungkap bahwa ada sekitar 30 poneglyph di seluruh dunia. Tetapi hanya 9 di antaranya yang bisa menjadi petunjuk tentang keberadaan Raftel, pulau tempat keberadaan harta terbesar One Piece.
Berikut ini versi teks One Piece 846 dari versiteks.com.
Tentara kue Big Mom berguguran di bawah hujan yang semakin deras. Luffy berhasil mengalahkan mereka. Namun berbeda dengan prajurit-prajurit kecil yang lemah itu, pasukan-pasukan utama mereka, anak-anak Big Mom sama sekali tak bisa dianggap remeh.
"Nami!!" Luffy berteriak, saat salah satu anak Big Mom, Charlotte Galette menahan Nami dengan kemampuannya.
"Aku hampir saja terkecoh.." ucap Galette, "Siapa sangka gadis kecil sepertimu bisa menciptakan petir sebesar itu?"
"Haah..." Nami tak bisa bergerak, kedua tangannya terikat oleh semacam cairan khusus yang dikendalikan oleh musuh.
"Aku tak bisa membuat petir sebesar itu dengan kemampuanku..." ucap Nami, "Tapi aku bisa mengontrol awan petir yang diciptakan oleh Big Mom.."
Amande, wanita tinggi bertopi besar melompat ke hadapan King Baum, lalu bersiap untuk menebas dengan pedang panjangnya, "Meito Shirauo...."
"T-Tunggu sebentar-ju!! Aku tidak ingin menghianati kalian!! Nona Amande, tolong!!!"
Amande tak peduli, "Slow Ballad!!!!"
Ia menggunakan tekniknya dan King Baum pun terbelah menjadi dua.
"Gyaaaahhh!! Sakiit!! Sakiit!!" King Baum menjerit.
"Kalau aku mau membunuhmu dengan cepat, aku bisa saja melakukannya dengan mudah..." ucap Amande. "Tapi aku mau membunuhmu dengan cara yang paling menyakitkan, sepelan mungkin...."
Charlotte Mont d'Or, anak Big Mom berseragam ala tengkorak melayang di udara dengan sayap berbentuk buku di bawah kakinya. Buku-buku juga tampak beterbangan di sekelilingnya.
"Apa kau bercanda, hah, Topi Jerami!? Bagaimana bisa orang sepertimu berhadapan dengan Kak Cracker semalaman!? Kami tentara keju bukan pasukan penurut, akan kuhancurkan kau seperti sampah!!"
"Hahaha!!!!" dua orang dari suku leher panjang tertawa.
"Luffy!!" Nami berteriak.
"Haaah... Haah..." Luffy masih sibuk berhadapan denan prajurit-prajurit kue, saat sesosok besar, Charlotte Opera menyerang dengan krim, "Cream Monster!!!"
"Uwaaa!!!!" tangan Luffy bagai terbakar oleh banjir krim itu.
"Itulah kekuatan dari rasa manis krim segarku!! Faa faa faa!!! Kalau aku menambahkan sedikit rasa manis pada krim segarku, maka tak akan butuh waktu lama untuk menghanguskanmu!!!"
"Haaa!!!!" Luffy menggunakan Haki dan Gear 3 di tangannya itu dan bersiap untuk menyerang. Namun mendadak, ia sampai di suatu tempat yang aneh.
"Eh!?" Luffy kaget.
"Di mana aku!?"
Luffy tidak mengerti. Tempat itu begitu aneh, seolah ada di dimensi yang berbeda. Bagai alam dongeng, dunia terbolak-balik dengan berbagai aksesoris aneh.
Seseorang lalu muncul dari tembok kosong, Charlotte Mont d'Or.
"Selamat datang di Dunia Buku!!!"
Ternyata itu dunianya, yang ia buat dengan kemampuan buah iblisnya, dan ia bersiap untuk menembak Luffy.
"Luffy, menghindar!!" teriak Nami, yang terkurung di suatu sangkar bersama Amande.
"Nami!?"
"Luffy, awas!!!"
Luffy kemudian sadar, semua yang tadi itu hanyalah ilusi. Aslinya, saat ini Luffy sedang berdiri, dan dua pria besar melesat memukulnya dari depan dan belakang. Baaaammm!!!
Pukulan dari dua lelaki yang melapisi tangannya dengan haki hitam pekat.
Serangan itu pun lantas membuat Luffy tak mampu melawan lagi.
Luffy rebah tak sadarkan diri, dan King Baum terbelah dua, mati perlahan sambil merasakan rasa sakit yang teramat sangat.
Amande menahan tubuh Nami, mengambil sesuatu dari balik bajunya, vivre card pemberian Lola.
"Karena mereka homies, hanya ada satu alasan kenapa tentara-tentara keju ini tak bisa bertarung dengan normal.. Apalagi kenyataan kalau mereka bisa lolos dari hutan, itu semua pasti gara-gara vivre card itu..."
"Sekarang semuanya masuk akal..."
"Bagaimana bisa orang sepertinya mendapat vivre card Mama!?"
"Di kertasnya tertulis Lola.." ucap Amande.
"Lola!? Mereka mencurinya dari Lola!?" Mont d'Or kaget.
"Ya ampun!! Apa anak itu telah dibunuh!?"
"Lola!!"
"Apa kata-kata terakhirnya!?"
"Kalian salah!!!" Nami berteriak, "Dia adalah teman kami!! Itu adalah hadiah pemberian darinya!!"
"Hmmm... Sepertinya masalah ini harus kita bawa pada Mama..."
"Yah, bagaimanapun kami diperintahkan untuk menangkap kalian hidup-hidup..."
"Aaahh!! Bagaimana ini bisa terjadi? Hampir semua prajurit keju dikalahkan.."
Pria besar yang memukul Luffy tadi berusaha untuk menyeret tubuh Luffy, yang tetap saja keras kepala mencengkram rumput tempat itu, seolah tak mau pergi dari sana. "Aku akan tetap.... Di sini..." Luffy berkata dalam kondisi luka parah.
Di kastil Big Mom, Sanji kaget dengan perkataan Big Mom saat ia meminta supaya teman-temannya diampuni. "Tentu, kenapa tidak?" Big Mom berkata.
"Hah!? Anda serius!?" Sanji masih tampak tak percaya.
"Ya, tentu saja aku serius!!" ucap Big Mom. "Selama ada alasannya, aku adalah wanita yang bersedia mendengar perkataan orang lain. Aku akan membiarkan rekan-rekanmu yang sekarang, bajak laut Topi Jerami meninggalkan pulau ini hidup-hidup, semuanya... Kau bisa memegang kata-kataku.."
"Selama kau memutuskan untuk menikah tanpa menimbulkan masalah, dan tidak kabur dari sini, aku tidak masalah menutup mata untuk beberapa hal di luar sana.."
"Aku sangat berterimakasih!!" ucap Sanji sambil tersenyum senang, "Aku berjanji akan membahagiakan Pudding!!"
"Mamamama!! Ooh!! Jadi kau sudah benar-benar jatuh cinta pada putriku, ya!?? Aku senang mendengarnya!!"
"Tapi biar kuperjelas dulu..." Big Mom menatap Sanji, "Apa yang sudah bajak laut Topi Jerami sialan itu lakukan padaku... Dalam kondisi normal aku pasti akan membuat mereka membayar tindakan mereka, paham!? Menghancurkan hutan... mengalahkan salah satu komandanku... Dan lagi!! Dia sudah berani memakan permenku di Pulau Manusia Ikan!! Berkata kalau mau menantangku!!! Tapi yah...."
Big Mom tersenyum lagi.
"Saat ini prioritas utamaku adalah pernikahanmu dengan Pudding!! Kalau semuanya berjalan sesuai rencana, besok aku akan memiliki pasukan Germa, dan makan kue pernikahan yang sangat lezat bersama semuanya!!! Selama kau tidak berbuat macam-macam, semuanya akan berjalan dengan baik, Sanji!!"
"Ya!!" Sanji tersenyum.
Di salah satu ruangan di kastil Big Mom, Ruang Harta...
Tampak Tamago sedang berkumpul bersama beberapa anak buah Big Mom lainnya.
"Di dunia ini, terdapat tulian-tulisan yang belum terpecahkan selama beratus-ratus tahun, Poneglyph!! Dikatakan kalau terdapat sekitar 30 Poneglyph di dunia ini-bon!! Tapi hanya 9 yang mengandung informasi penting yang kita butuhkan..." ucap Tamago.
"Tak lama lagi, kita akan sampai ke pulau akhir, Raftel... Dan di sana, batu-batu itu akan memberitahu kita kebenaran tentang dunia ini-soir!!"
Salah satu yang ada di ruangan itu adalah Nona Smoothie, satu dari tiga Sweet Commander.
"Kyaaa!!! Tolong ampuni aku, Nona Smoothiee!!!" jerit seorang gadis yang tangannya ia cengkram.
Seolah tak peduli dengan itu, Tamago terus melanjutkan penjelasannya. "Tapi untuk bisa sampai di Raftel, empat Poneglyph merah itu, Road Poneglyph harus didapatkan terlebih dahulu..."
"Nona Smoothieee!!! Kyaaa!!"
Smoothie kemudian memeras gadis itu hingga menjadi jus..
"Termasuk Poneglyph yang dibawakan oleh Jinbe..." jelas Tamago lagi, "Kita telah memiliki dua Poneglyph dan satu Road Poneglyph, totalnya ada tiga..."
Gadis yang tadinya muda itu sampai tua kering dan mati diperas oleh Smoothie, dan hasil perasan itu ia jadikan minuman di gelasnya.
"Aku mengerti semua itu penting..." ucap Smoothie, "Tapi aku masih belum paham kenapa kita sampai harus meningkatkan keamanan seperti ini, Tamago??"
Salah satu dari Sweet Commander, Menteri Jus, putri ke-14 Keluarga Charlotte, Charlotte Smoothie. Harga buronan 932 Juta Berry.
"Sudah lima tahun semenjak orang itu muncul di pulau ini... Mantan kapten bajak laut dan pencuri poneglyph dari suku Mink... Saat ini, dia menyusup ke pulau ini lagi..." ucap Tamago. "Dulu, hidupnya diampuni berkat Pekoms..."
Tamago bertanya-tanya, "Kenapa kau berani sekali menantang kami lagi, Pedro?"
"Poneglyph merah itu bisa dikatakan merupakan jalan untuk menjadi raja bajak laut, sangat penting bakan sampai Yonkou pun akan saling mencurinya... Demi Mama, kita harus menjaganya dengan mempertaruhkan nyawa kita..."
Sementara mereka mendiskusikan hal itu, diam-diam arwah Brook menguping di dalam ruangan itu.
Pedro dan Brook ternyata berada tepat di sebelah ruangan itu, dan Brook pun menginformasikan apa yang didengarnya pada Pedro.
"Jumlah penjaganya ditingkatkan!?"
"Mereka menyebutnya Sweet Commander..."
"Sweet Commander!? Itu adalah petarung terkuat mereka!!" ucap Pedro. "Saat ini situasinya buruk sekali, apalagi Tamago sudah menyadari keberadaan kita..."
"Aku sebenarnya tersentuh dengan kata-katamu sebelumnya, Pedro.." ucap Brook. "Untuk menjadikan Luffy Raja Bajak Laut, road poneglyph harus didapatkan!! Ini adalah kesempatan yang sangat langka dan mungkin satu-satunya yang kita miliki..."
"Tapi kalau kita berdua menyerang, sama saja itu dengan bunuh diri..."
"Pedro, siapa target Baron Tamago?" Brook bertanya.
"Aku..." Pedro menjawab.
"Kalau begitu, Pedro... Maukah kau menjadi umpan?"
"Kebetulan sekali.." ucap Pedro, "Aku juga memikirkan hal yang sama.."
0 komentar